- Back to Home »
- Arti Cinta Dalam Islam
Posted by : Brilian Listiana Visi
19 Jun 2012
Kata
pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak
sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan.
Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh
menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi
nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi,
menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan
padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta
(Jalaluddin Rumi).
Namun
hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat
menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya
menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para
pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah para pecinta
dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung,
cinta yang murni.
Cinta
Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya
bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada
tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan
rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah
menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di jalan-Nya.
Tak
jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencitai
Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti
yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebarangi lautan
yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta seorang
wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu
dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati
dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang
dilandasi oleh cinta pada-Nya.
Di
saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia
lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah
memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung
lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil
menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta
yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa,
semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa
dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang
pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah,
disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.
Itu
semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap
Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki, maut, jodoh, dan
langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah, tinggal bagi kita
mengupayakan untuk menjemputnya. Amat
merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk,
memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah.
Padahal nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup
didunia, Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang
fana ini. Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan
salah satu penyebab do’a tak terijabah.
Bagaimana
mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih menengadah
kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun melakukan
maksiat.
Bagaimana mungkin do’a seorang
gadis ingin mendapatkan seorang laki-laki sholeh terkabulkan, sedang dirinya
sendiri belum sholehah.
Bagaimana
mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah, sedang
dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga.
Bagaimana
mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh, sementara dirinya
disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan, dan kasih
sayang tak dicurahkan.
Bagaimana
mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi
belum bisa menjadi contoh teladan
Banyak
orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu. Namun
sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq, karena disebabkan
secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku kesenangan dan
kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya yang
beriman…
Dengan kesusahan, Allah hendak
memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa
kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa
kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang
keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah, agar kita terhindar dari
cinta palsu.
Dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban untuk Allah
Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang perlu kita
persiapkan yaitu:
1)
Iman yang kuat
2)
Ikhlas dalam beramal
3)
Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal. kebaikan internal yaitu berupaya
keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti qiyamulail, shaum
sunnah, bacaan Al-qur’an dan haus akan ilmu. Sedangkan kebaikan eksternal
adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah, dengan keistiqamahan
mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan nafas disepanjang hidup
ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai cinta dan keridhaan-Nya.